a.
Jelaskan pengertian
dan konsep pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba adalah hal yang penting untuk dapat
melanjutkan operasi perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
adalah suatu ukuran keberhasilan manajer
atau pimpinan perusahaan.
Dari
keberhasilan ini, investor dan kreditor dapat menggunakannya untuk mengevaluasi
proyek perusahaan dimasa yang akan
datang. Bagian penting dalam proses akuntansi adalah penentuan, pengakuan dan
pengukuran pendapatan serta pencatatan transaksi ekonomi yang berhubungan
dengan pendapatan.
Akuntansi
adalah aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyediakan dan memberi informasi
yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang dapat dipergunakan
atau diberikan akuntansi adalah informasi akuntansi yang diperlukan oleh berbagai
pihak untuk kepentingan masing-masing. Konsep pendapatan dalam hal ini merupakan
konsep yang paling penting dalam kaitannya sebagai suatu sistem informasi. Meskipun
terdapat pedoman umum tetapi banyak metode pemasaran barang dan jasa yang mengembangkan
pola yang berbeda, disesuaikan dengan situasi.
Akuntansi
merupakan suatu sistem informasi data ekonomi dimana informasi-informasi ini disusun
dalam bentuk ikhtisar yang disebut sebagai laporan keuangan, berupa daftar-daftar
keuangan yang menunjukkan posisi keuangan pada suatu saat ataupun hasil usaha
selama satu periode. Salah satu informasi yang dihasilkan adalah laporan laba-rugi. Hal ini berhubungan
dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan laba (profit), karena laba merupakan
salah satu faktor yang diperlukan perusahaan guna kelangsungan usahanya, menjaga
arus pemasukkan menjadi keluaran dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu
ukuran umum dalam system akuntansi untuk menilai tingkat kemajuan perusahaan.
Dalam pendekatan kegiatan terhadap laba, penekanan
utama ditujukan terhadap perusahaan-perusahaan yang menguntungkan selama
periode akuntansi yang diklasifikasikan
sebagai pendapatan dan beban. Oleh karena itu sangat logis untuk mengetahui
pengertian baik mengenai konsep pendapatan tersebut. Konsep pendapatan dalam
hal ini merupakan konsep yang penting dalam kaitannya sebagai suatu system
informasi.
Defenisi pendapatan secara
tradisional merupakan arus masuk harta-harta (aktiva bersih) ke dalam
perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Dasar yang digunakan untuk
mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari
transaksi penjualan. Istilah pendapatan tersebut merupakan istilah yang luas,
di dalam pendapatan termasuk pendapatan bunga, sewa, laba penjualan, dan
lain-lain.
Pendapatan
pada umumnya digunakan sebagai tolak ukur kinerja atau kemajuan suatu
perusahaan. Dalam hal ini berkaitan dengan adanya pengembalian investasi
(return on investment) ataupun pendapatan per lembar saham (earning per share). Pendapatan merupakan suatu
perkiraan yang berkaitan langsung dengan penentuan laba. Pengakuan dan pengukuran
pendapatan tergantung pada konsep modal dan
pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangan.
2.
Konsep Pendapatan
Para
ahli ekonomi dan akuntansi memiliki pendapat berbeda dalam memberikan konsep mengenai
pendapatan. Perbedaan mengenai konsep pendapatan tersebut disebabkan oleh perbedaan
latar belakang dalam menyusun konsep pendapatan itu sendiri.
Dari
berbagai macam literature teori ekonomi maupun teori akuntansi, dapat diketahui
bahwa terdapat berbagai konsep mengenai pendapatan. Walaupun setiap konsep pendapatan
yang ada akan menimbulkan pengertian dan penafsirannya masing-masing, namun
beberapa konsep mengenai pendapatan tersebut memiliki dasar yang sama. Secara garis
besar konsep mengenai pendapatan dapat kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu :
a. Konsep
Pendapatan Menurut Ekonomi
Dalam
ilmu ekonomi, istilah yang digunakan untuk pendapatan adalah income. Hal ini berbeda
dengan ilmu akuntansi yang menggunakan istilah revenue untuk pendapatan.
b. Konsep
pendapatan Menurut Akuntansi
Defenisi pendapatan menurut para ahli akuntansi tentu sangat berbeda dengan
defenisi pendapatan menurut para ahli ekonomi. Namun demikian, diantara sesama
ahli akuntansi terdapat pula perbedaan pendapat mengenai defenisi pendapatan.
Pada dasarnya konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi dapat ditinjau dari dua
sudut pandang.
b.
Apa yang anda
ketahui tentang metode perhitungan pendapatan nasional
Ada tiga cara penghitungan
pendapatan nasional, yaitu:
1) Metode Output (Output
Approach)
2) Metode Pendapatan (Income
Approach)
3) Metode Pengeluaran
(Expenditure Approach)
1) Metode Output (Output
Approach) atau Metode Produksi
Menurut
metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah
output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya
saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian
berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor
ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi
penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya
angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode
produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing
sektor.
Aktivitas produksi yang baik
adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB
adalah:
2) Metode Pendapatan (Income
Approach)
Metode pendapatan memandang
nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi.
Kemampuan
entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja,
barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat.
Balas jasa
untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan
sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk
pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi
disebut Pendapatan Nasional (PN).
3) Metode Pengeluaran
(Expenditure Approach)
Menurut
metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total dalam perekonomian selama
periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis agregat dalam suatu
perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga
(Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah
(Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi
(Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Export)
1) Konsumsi Rumah Tangga
(Household Consumption)
Pengeluaran
sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang
habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat
dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
2) Konsumsi Pemerintah
(Government Consumption)
Yang masuk
dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure).
Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk
dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan Modal Tetal
Domestik Bruto (Investment Expenditure)
Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha.
Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun
barang setengah jadi.
4) Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud
dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor
neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor.
Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan
perekonomian lain (dunia).
c.
Apa saja
masalah-masalah dan keterbatasan dalam perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran
suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per
kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya
lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar
negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya
bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak
memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita
kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.
Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun
1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan
pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit
berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika
serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna
untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi
non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat
buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh
sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan
Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat
pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa
depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita
dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat
kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli
masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik.
Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan
masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB
per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi
nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan
fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak
terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan
menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab,
dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran,
tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di
negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding
di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan
tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding
negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah dan
komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya
sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan
tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah dan struktur
kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja
yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun
mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar,
tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja
juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang
rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi
modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena
nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
3) Faktor-faktor
nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata
nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara
yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi
dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang
baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang
juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus
membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya
baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi
Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik
hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB
belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih
disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih
didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju,
kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan
tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai
transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat
terlarang lainnya.
Source :
wikipedia